MENU

Sabtu, 30 Januari 2016

. . : : ANALISA BREAK EVEN POINT : : . .

Pengertian Analisi Break Even

Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:

1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)

2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume profit analysis. Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut:
  • Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian
  • Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
  • Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi
3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.

4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.

5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi

6. Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0).
Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

Perhitungan Break Even Point

Perhitungan break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara “trial and error” (serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar

1. Perhitungan Break Even Point dengan Cara “ Trial and Error”

Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikan dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

Misalkan dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
=(6.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
= Rp 600.000 – (300.000 + Rp 240.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa break even pointnya terletak  di bawah 6.000 unit.
Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(4.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40)
= Rp 400.000 – (300.000 + Rp 160.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini berarti bahwa break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan diambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(5.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40)
= Rp 500.000 – (300.000 + Rp 200.000)
= Rp 0

Ternyata pada volume produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang dimanakeuntungan netonya sama dengan nol.

2. Perhitungan Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar

Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Atas dasar unit
Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC =  biaya tetap
Q = jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

b) Atas dasar sales dalam rupiah
Perhitungan break even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar  sebagai berikut:
Dimana
FC = biaya tetap
VC= biaya variabel
S = penjualan

Manfaat dan Kegunaan BEP

Manfaat BEP antara lain:
  • Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  • Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
  • Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan.
  • Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
  • Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
  • Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
  • Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi  atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
  • Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
  • Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode  tertentu.
  • Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap)

Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
  • Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
  • Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
  • Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
  • Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.


BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu  untuk:
  • Menganalisa program otomatisasi  dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
  • Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum
  • Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu proyek yang diusulkan.

Kelemahan analisa BEP.

Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa BEP ini anata lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. Asumsi-asumsi dasar analisi BEP
  • Menentukan posisi laba rugi perusahaan
  • Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami  kerugiaan
  • Menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu

Komponen yang berperan pada BEP

Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:
  • Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
  • Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
  • Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.

. . : : Apa itu NPV, PV, IRR, dan SOCC ? : : . .

NPV (Net Present Value), PV (Present Value),
IRR (Internal Rate of Return), dan 
SOCC (Social Oppurtunity Cost of Capital)

NPV (Net Present Value)

NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.

Net Present Value juga merupakan selisih antara present value arus manfaat (benefit) dengan present value arus biaya (cost). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu. Kriteria NPV :
a) NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.
b) NPV < 0 ( nol) → usaha/proyek ) /p y tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan.
c) NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam bentuk present value.

Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.

Dari kriteria di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:
a) makin tinggi income, makin tinggi NPV
b) makin lebih awal datangnya income, makin tinggi NPV
c) makin tinggi discount rate, makin rendah NPV

Jika NPV dari suatu proyek positif, hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan sebesar jumlah positif dari NPV yang dihitung dari investasi tersebut dan juga bahwa investasi tersebut diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi daripada tingkat keuntungan yang dikehendaki.

Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan dengan membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang lebih besar adalah suatu proyek yang layak.

Sedangkan untuk present value (PV), berguna untuk menghitung nilai sekarang dari suatu deret angsuran seragam di masa yang akan datang dari sutau jumlah tunggal yang telah disama ratakan pada akhir periode pada sutau tingkat bunga.

Rumus : PV = Ʃni=1 CFi / (1+r)m + SV / (1+r)n
 
Dimana : PV = Present value

CF = Cash flow

n = periode waktu tahun ke n

m = periode waktu

r = tingkat bunga

SV = salvage value


IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). Pada dasarnya “internal rate of return” harus dicari dengan cara “Trial and error” dengan serba coba-coba. Penentuan tarif kembalian dilakukan dengan metode trial and error dengan cara sebagai berikut :
a) Mencari nilai tunai aliran kas masuk bersih pada tarif kembalian yang dipilih secara sembarang di atas atau dbawah tarif kembalian investasi yang diharapkan.
b) Mengiterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk mendapatkan tarif kembalian sesungguhnya.

IRR lebih merupakan suatu indikator efisiensi dari suatu investasi, berlawanan dengan NPV, yang mengindikasikan value atau suatu besaran uang. IRR merupakan effective compounded return rate annual yang dapat dihasilkan dari suatu investasi atau yield dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila rate of returnnya lebih besar daripada return yang diterima apabila kita melakukan investasi di tempat lain (bank, bonds, dll).

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1 dan NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount factor kedua harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya.

Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV negatif yaitu pada NPV = 0.

Perbandingan NPV dan PV

Net Present Value juga merupakan selisih antara present value arus manfaat (benefit) dengan present value arus biaya (cost). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu.

Sedangkan untuk Present Value (PV), berguna untuk menghitung nilai sekarang dari suatu deret angsuran seragam di masa yang akan datang dari sutau jumlah tunggal yang telah disama ratakan pada akhir periode pada sutau tingkat bunga.

Perbandingan NPV dan IRR

Apabila terdapat satu proyek yang independen maka NPV dan IRR akan selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut, namun apabila ada proyek yang mutually exclusive, NPV dan IRR tidak selalu memberikan rekomendasi yang sama. Hal ni disebabkan oleh dua kondisi:
a) Ukuran proyek berbeda, salah satu lebih besar daripada yang lain.
b) Perbedaan waktu. Waktu dari aliran kas dari dua proyek berbeda. Satu proyek aliran kasnya terjadi pada tahun-tahun awal sementara proyek yang lain aliran aksnya terjadi pada tahun-tahun terakhir.

Intinya adalah untuk proyek-proyek yang mutually exclusive, maka pilihan yang tepat yaitu proyek dengan NPV tertinggi.


SOCC (Social Oppurtunity Cost of Capital)

Biaya sosial yang ditanggung masyarakat, biasanya digunakan sebagai diskon faktor. SOCC ini sangat berhubungan denga IRR, hubungannya yakni sebagai berikut:
a) Jika IRR > SOCC maka proyek dikatakan layak,
b) Jika IRR = SOCC berarti proyek pada BEP, dan
c) Jika IRR < SOCC dikatakan bahwa proyek tidak layak.



SOCC (Social Opportunity Cost of Capital) merupakan discount factor yang biasanya digunakan sebagai acuan dalam perhitungan IRR, untuk menentukan layak tidaknya gagasan usaha yang diajukan. SOCC berhubungan erat dengan IRR, yaitu :

jika IRR > SOCC usaha dikatakan layak, 
jika IRR = SOCC maka usaha mencapai BEP, dan 
jika IRR < SOCC maka usaha dikatakan tidak layak.

Contoh Soal :
Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru karena mesin lama tidak ekonomis lagi, baik secara teknis maupun ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 75.000.000,‐.

Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima sebesar Rp. 15.000.000,‐. Berdasarkan pengalaman pengusaha, cash in flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,‐ dengan biaya modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan apabila dilihat dari PV dan NPV?

Jika pada hasil perhitungan, pembelian mesin baru dengan harga Rp 75.000.000, nilai PV lebih kecil dari original outlays atau original cost (harga beli), menunjukkan bahwa pembelian mesin tidak feasible. Dan sebaliknya.

Jika DF 18% maka NPV = PV – OO = 69.100.500 – 75.000.000 = – 5.899.500, dimana OO=original outlays Berdasarkan perhitungan NPV diperoleh nilai negatif, maka pembelian mesin pun tidak feasible. Perhitangannya dapat dilihat pada halaman berikutnya.

Jawaban :

Jika Diskon Faktor 18%

P = P + A (P/A,i,n) + F (P/F, i, n)

P = -75.000.000 + 20.000.000 (P/A, 18%, 5) + 15.000.000 (P/F, 18%, 5)

P = -75.000.000 +62.544.000 + 6.556.500

P = -5.899.500

Jika Diskon Faktor 14%

P = 20.000.000/(1 +0,14) + 20.000.000/(1 + 0,14)2 + 20.000.000/ (1 + 0,14)3 + ….. + 20.000.000/ (1 + 0,14)5 + 15.000.000/(1 + 0,14)5

P = 1.754.385,9 + 15.389.350 + 13.499.430 + 11.841.605 + 10.387.373 + 7.790.529

P = 76.452.146 – 75.000.000 = 1. 452.146

Jika Diskon Faktor 24%

P = 20.000.000/(1 +0,24) + 20.000.000/(1 + 0,24)2 + 20.000.000/(1 + 0,24)3 + ….. + 20.000.000/(1 + 0,24)5

+ 15.000.000/(1 + 0,24)5

P = 16.129.032 + 13.007.284 + 10.489.745 + 8.459.471 + 6.822.154 + 5.116.616

P = 60.024.302 – 75.000.000

P = – 14.975.698

Jumat, 29 Januari 2016

INDIKATOR, DIMENSI, KONSEP, PROPOSISI DAN TEORI

PENDAHULUAN
Penelitian dilaksanakan didalam konteks suatu cara berifikr mengenai data yang meletakan tuntutan-tuntutan khusus pada data, jika data itu memiliki kegunaan ilmiah tertentu. Cara berfikir mengenai data lazimnya mencakup apa secara longgar menunjuk sebagai teori. 
Penelitian pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari metode ilmiah, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Teori merupakan bagian dari ilmu yang memberikan penjelasan mengenai fenomena alam. Karena teori bagian dari ilmu maka memiliki jalinan erat dengan penelitian karena Penelitian merupakan proses yang sistematis untuk mengembangkan teori.
Oleh karena itu, penulis mencoba untuk memaparkan unsure-unsur didalam penelitian itu sendiri diantaranya konsep (konstruk), proposisi dan teori.


Rumusan masalah:
  Pengertian indikator
 Pengertian tentang konsep
 Pengertian dimensi
 Pengertian konsep dan proposisi








PEMBAHASAN
A.  INDIKATOR
 Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Misalnya, kasus diare yang didapat dari data kunjungan pasien di Puskesmas bisa saja hanya menunjukan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat. Indikator harus bersifat :
a.    Sederhana
Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.
b.    Tepat Waktu
Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan
c.    Terukur
Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain agar memudahkan dalam memperoleh data.
d.    Bermanfaat
Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan.
e.    Terpercaya
Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti.[1]


B.  DIMENSI
Dimensi merupakan  himpunan dari partikular-partikular yang disebut indikator. Setiap dimensi dalam satu konsep tidak harus mempunyai jumlah indikator yang sama. Berikut ini beberapa contoh untuk memperjelas maksud dari dimensi.[2]
Ada empat dimensi penelitian yang dibedakan berdasarkan latar belakangnya yaitu:

Menurut tujuan


1.      Eksploratif
2.      Deskriptif
3.      Eksplanatif

Menurut manfaat:

Menurut waktu
1.      penelitian dasar
2.      penelitian terapan
Penelitian
(research)
1.      penelitian longitudional (antarwaktu)
2.      penelitian cross-secdonal (satuwaktu)

Menurutcara pengumpulan data:
1.      kualitatif
a.       grounded research
b.      perbandingan sejarah
c.       analisis wacana, dll
2.      kuantitatif
a.       survey
b.      analisisi data
c.       analisisi data sekunder
d.      eksperimen


Penjelasan tentang empat dimensi penelitian, yaitu:
1.    Berdasarkan tujuan penelitian
a.    Penelitian eksploratif
Penelitian ini mencoba untuk menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Bertujuan untuk menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta atau gejala sosial, mengembangkan pengalaman mengenai gejala sosial dan menghasilkan ide serta mengembangkan teori-teori yang mampu memprediksi gejala sosial.
b.    Penelitian deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang ada di masyarakat, menyediakan dan mengakurasi profil suatu kelompok masyarakat, mendeskripsikan proses, mekannisme atau hubunngan antarkelompok.
c.    Penelitian eksplanatif
Penelitian ini menghubungkan pola-pola yang berbeda, namun memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat. Bertujuan untuk menentukan akurasi sebuah prinsip atau teori, mennjelaskan lebih lanjut mengenai pengetahuan proses-proses yang mendasar, dan menghubungkan isu atau topik yang berbeda dengan pernyataan umum.
2.    Berdasarkan manfaat penelitian
a.    Penelitian dasar (murni)
Penelitian ini memfokuskan pada dukungan atau penolakan sebuah teori yang menjelaskan bagaimana dunia sosial bekerja. Penelitian ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan akademis seperti skripsi, tesis dan disertasi. Tujuan dnarni penelitian ini adalah untuk memberikan kontribunsi dasar, pengetahuan teoritis.
b.    Penelitian terapan
Penelitian terapan mencoba untuk memberikan solusi yang lebih spesifik pada masalah-masalah kebijakan dan membantu parna praktisi danlam menjalankan tungasnya. Penelitian ini merupakan bagian dari pekerjaan dan akan dinilai oleh sponsor yang akan membiayai, biasanya berada di luar disiplin ilmu peneliti. Tujuannya secara praktis mengarah untuk memperoleh imbalan batau pengguna hasil penelitian.
3.    Berdasarkan waktu penelitian
a.    Penelitian longitudinal (antarwaktu)
Penelitian ini dilakukan antarwaktu atau penelitian mengenai masalah, namun dilakukan dalam dua waktu yang berbeda.
b.    Penelitian cross-sectional (satuwaktu)
Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu dengan satu fokus.waktu dalam hal ini diartikan 1 hari, minggu, bulan, dan tahun. Digunakan untuk tujuan eksplorasi, deskripsi atau eksplanasi [3]
4.    Berdasarkan teknik pengumpulan data
a.    Penelitian kualitatif
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau kalimat individu, buku atau sumber lain.
b.    Penelitian kuantitatif
Penelitian ini dilkakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Varian penelitian kuantitatif ada empat, yaitu penelitian survei (dengan menggunakan kuisioner), isi (memanfaatkan isi atau informasi sebagai simbol material), analisis data sekunder ( dengan menggunakan data pemerintahan) dan eksperimen (percobaan).

C.  KONSEP
Konsep menunjukkan pada istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.[4]
Menurut Soedjadi yang menyatakan bahwa “Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata”.[5]
 Dalam penelitian akan ditemui 2 jenis konsep yaitu :
a.    Konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau arealitas yang mereka wakili.
b.    Konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas. Konsep ini lebih menekankan pada pengamatan dalam penelitian social, dan tidak mudah menghubungkan hasil yang diamati dengan fenomena yang diacunya.[6]

D.  PROPOSISI
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Sebuah realitas sosial dalam analisisi yang lebih sederhana dapat digambarkan sebagai suatu proposisi, akan tetapi suatu realitas dapat pula digambarkan sebagai beberapa hubungan antar konsep atau proposisi. Contoh hubungan dua konsep ini adalah mahasisiwa yang berprestasi adalah mahasisiwa yang disiplin.[7]  Dalam pengertian lain Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis.
Kegunaan Proposisi dalam Metodologi Penelitian merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena.[8]

Ada dua tipe proposisi yaitu:
1. Aksioma atau postulat, yaitu proposisi yang kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Sehingga tidak perlu diuji dengan sebuah penelitian.
2. Teorema, proposisi yang dideduksikan dari aksioma, aksioma banyak digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta sedangkan dalam ilmu sosial aksioma sangat jarang. Sedangkan yang menjadi perhatian peneliti adalah teorema inti.[9]
Jenis-jenis proposisi terbagi menjadi 4 bagian :
1.    Proposisi berdasarkan Bentuk :
a.      Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat. Contoh : Ayah membaca Koran
b.      Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat. Contoh : Indra belajar bermain piano dan menyanyi di studio
2.    Proposisi berdasarkan Sifat :
a.      Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun Contoh : Setiap mengendarai mobil harus memakai seftybeld
b.      Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu. Contoh : Jika yogi lulus UN maka saya akan berikan hadiah
3.    Proposisi berdasarkan kualitas :
a.      Proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya. Contoh : Semua gajah berbadan besar
b.      Proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya. Contoh : Tidak ada wanita yang berjenggot
4.       Proporsisi berdasarkan kuantitas :
a.      Proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua. Contoh : Semua warga Indonesia mememiliki KTP
b.      Proporsisi spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek. Contoh : Tidak semua murid patuh kepada gurunya[10]
E.   TEORI
Menurut snelbecker teori merupakan seperangkat proposisi yang terintregasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.[11]
Menurut Kelinger sebagaimana dikutip oleh Sugiyono menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi ysng berfungsi untuk melihat fenomena yang sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Dari beberapa teori tersebut Sugiono menarik kesimpulan bahwa teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi ysng di susun secara sistematis. Jadi secara umum teori mempunysi tigs fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.[12]
Mark 1963, dalam membedakan adanya tiga macam teori yaitu
a.       Teori induktif
Adalah cara menerangkan dari data keteori dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positifistik ini dijumpai pada kaum behavioris.
b.      Teori deduktif
Member keterangan yang dimulai dari arah suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
c.       Teori fungsional
Adalah suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoristis, yaitu mempengaruhi pembentukan teori dan pembemtukan teori kembali mempengaruhi data.[13]
Unsur-unsur teori:
a.    Kategori konseptual dan kawasannya
Kategori adalah unsur konseptual suatu teori sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori. Kategori maupun kawasan disini adalah konsep yang ditunjukkan oleh data yang berbeda dalam konsep aktualnya. Kategori yang tingkatan abstraksinya lebih rendah munculnya relatif lebih cepat, yaitu sejak awal pengumpulan data. Sedangkann konsep dengan kawasan yang lebih tinggi tingkatan abstraksinya muncullnya cenderung kemudian dan kemunculannya itu berlaku baik pada tahap pengumpulan, pemberian kode, maupun pada anallisis data.
b.    Hipotesis
Analisis perbandingan antara kelompoktidak hanya menghasilkan kategori, tetapi mempercepat adanya hubungan yang ndisimpulkan anntara kelompok tersebut, dan hal ini disebut hipotesis. Secara tradisional biasanya hipotesis itu telah disusun terlebih dahulu dan peneliti kualitatif lainnya masih ada yang menggunakan cara yang denmikian. Namun, pada peneliti kuantitatif, peneliti segera akan terlibat dalam acara pembentukan hipotesis sejak awal terjun kelapangan penelitian.
c.    Intregrasi
Intregrasi teori maksudnya pemaduan unsur-unsur teori sehingga menjadi lebih bermakna dan lebih kompak. Intregrasi bisa dimulai dari hal yangn umum ke hal yang khusus.[14]

PENUTUP
KESIMPULAN
1.    Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
2.    Persyaratan-persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan suatu indikator yakni SMART atau Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely.
3.    Dimensi penelitian: berdasarkan tujuan penelitian (Penelitian eksploratif, deskriptif & eksplanatif), berdasarkan manfaat penelitian (Penelitian dasar (murni) & terapan), berdasarkan waktu penelitian (Penelitian longitudinal (antarwaktu), cross-sectional (satuwaktu) & Case Study),berdasarkan teknik pengumpulan data (Penelitian kualitatif & kuantitatif)
4.    Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
5.    Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik.
6.    Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi ysng di susun secara sistematis.
7.    Unsur-unsur teori: kategori konseptual dan kawasannya, hipotesis & intregrasi







DAFTAR PUSTAKA
Martono, Nanang.  “Metode Penelitian Kuantitatif”.  (Jakarta: RajaGrafindo Persada.  2011).  cet. Ke-II
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2006)
Moleong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: Remaja Rosdakarya.  2002). cet. Ke-XVI







[2] Zainal Mustafa. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009), hal. 7-8.
[3] Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke-II, 15-21
[4] Ibid, hal 41
[6] Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke-II .41-42.
[7] Ibid,42.
[9] Hartono. Metodologi penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishung. 2011. Hal, 30-31
[11] Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-XVI, 34-35.

[12] Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2006), 79-81
[13] Ibid,80-81.
[14] Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-XVI, 38-42

Cara Menaksir Harga Rumah Berdasarkan NJOP

Harga rumah di Jakarta bisa dikatakan tidak murah lagi. Bahkan, rumah petakan yang ukurannya kecil dijual dengan harga ratusan juta ru...