Konsep dan Peranan Harga
Agar
dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus
menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan dan pendapatan bagi perusahaan, sedangkan
ketiga unsurnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya
(pengeluaran). Disamping itu harga merupakan unsur bauran yang bersifat
fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan
karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal
terakhir tidak dapat diubah/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya
menyangkut keputusan jangka panjang.
Harga
memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli,
yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
1. Peranan
alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya.
2.
Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga
dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas.
Tujuan Penetapan Harga
Pada
dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1. Tujuan
Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi
klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat
menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi
laba. Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan
semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan,
sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat
harga yang dapat menghasilkan laba maksimum. Oleh karena itu ada pula
perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang
sesuai atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa
digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment)
2. Tujuan
Berorientasi pada Volume
Selain tujuan
berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya
berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa
dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian
rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini
banyak diterapkan oleh perusahaan perusahaan penerbangan.
3. Tujuan
Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu
perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat
menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.
Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan
harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan
harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan
Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang
konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan
harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam
industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan
dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara
harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
5. Tujuan-tujuan
lainnya
Harga dapat pula ditetapkan
dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan,
mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Tujuan-tujuan
penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing
perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh
perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya,
pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga
para pesaing. Pilihan ini dapat diterapkan dalam 3 kondisi, yaitu: a) tidak ada
pesaing; b) perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum; c) harga
bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.
Berbeda
dengan tujuan laba, pemilihan tujuan volume dilandaskan pada strategi
mengalahkan atau mengatasi persaingan. Sedangkan tujuan stabilisasi didasarkan
pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan. Dalam tujuan volume
dan stabilisasi, perusahaan harus dapat menilai tindakan-tindakan pesaingnya.
Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari
persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan
melayani segmen pasar khusus.
Faktor-faktor yang
Perlu Dipertimbangkan dalam Penetapan Harga
Kotler
dan Armstrong (1994, h. 341) berpendapat bahwa ada dua faktor utama yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yakni faktor internal perusahaan dan
faktor lingkungan eksternal. Faktor internal perusahaan mencakup tujuan
pemasaran perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi.
Sedangkan faktor lingkungan eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan,
persaingan, dan unsur-unsur lingkungan lainnya. Sejalan dengan teori Kotler dan
Armstrong tersebut, Harper W. Boyd, Jr. dan Orville C. Walker, Jr. (1982)
mengajukan suatu model pengambilan keputusan secara bertahap untuk penetapan
harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal perusahaan dan
lingkungan eksternal. Mengingat banyaknya faktor yang harus diperhitungkan pada
saat penetapan harga, maka keduanya menyarankan perlunya suatu prosedur
sistematis dalam menetapkan harga, yang dirasakan akan sangat membantu tugas
manajemen. Untuk itu mereka mengajukan suatu moedel proses pengambilan
keputusan mengenai penetapan harga, yang disarankan untuk digunakan terutama
pada saat untuk pertamakalinya keputusan harga akan dilakukan, misalnya saat
pengenalan produk baru atau pada saat akan dilakukannya negosiasi suatu kontrak
kerja.
Dalam model tersebut dibahas A) berbagai pengaruh dan kendala yang perlu diperhitungkan dalam penetapan harga, juga dibuat B) langkah-langkah proses penetapan harga, termasuk analisa yang rinci mengenai permintaan pasar, biaya, dan kompetisi. Namun sebagai langkah awal haruslah ditetapkan terlebih dahulu tujuan penetapan harga yang konsisten dengan usaha dan strategi pemasaran perusahaan. Pembahasan mengenai yang terakhir ini telah dilakukan sebelumnya.
A. Pengaruh
dan Kendala
Terdapat
banyak cara untuk menghitung harga, namun cara apapun yang digunakan, satu hal
yang tetap harus diperhitungkan adalah faktor situasional, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Analisis internal lebih menekankan pada penilaian
atau identifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi dalam upaya
untuk mencari keunggulan-keunggulan yang akan dapat dipakai untuk membedakan
diri dari pesaing, sehingga harus dilakukan melalui kacamata (sudut pandang)
konsumen. Analisis eksternal adalah penilaian terhadap kekuatan yang berada di
luar perusahaan, di mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali untuk
mengendalikannya, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini
akan mempengaruhi kinerja semua perusahan dalam industri tersebut. Lingkungan
eksternal mencakup situasi perekonomian umum, pelanggan, dan pesaing. Cara yang
umumnya dilakukan dalam analisis situasional antara lain adalah analisis
produk, analisis pasar, analisis pelanggan, dan analisis lingkungan. Semua
faktor ini diperkirakan dapat mempengaruhi atau menjadi kendala dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan. Adapun faktor situasional yang dianalisa dalam
model penetapan harga ini adalah :
1. Strategi
Perusahaan dan Strategi Pemasaran
Pertanyaan yang mendasar dari strategi perusahaan adalah : "
Bagaimana kita akan bersaing dalam industri ini?" Jadi strategi perusahaan
terutama memperhatikan pendistribusian sumber daya yang ada pada daerah-daerah
fungsional dan pasar produk dalam upaya untuk memperoleh sustainable advantage
terhadap kompetitornya. Porter (1980) mengemukakan tiga strategi generik, yaitu
diferensiasi, fokus, dan kepemimpinan harga. Strategi pemasaran, yang termasuk
dalam strategi fungsional, umumnya lebih terinci dan mempunyai jangka waktu
yang lebih pendek dibandingkan strategi perusahaan. Tujuan pengembangan
strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasi tujuan jangka pendek,
menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka
pendek, dan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan
tersebut. Strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk
menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam organisasi.
2. Karakteristik
Pasar Sasaran
Segmentasi pasar adalah
proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pelanggan yang berbeda, sedangkan
proses memutuskan pasar mana yang akan dituju disebut target marketing yang
menghasilkan target market (pasar sasaran). Pemahaman terhadap pasar sasaran
dibutuhkan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi keinginan
pelanggan dan menetukan keputusan membelinya. Baik pada pasar konsumen maupun
pada pasar industrial, perlu diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan
pelanggan atau benefit yang mereka cari, seberapa jauh dibutuhkan inovasi dalam
memperkenalkan produk tersebut, bagaimana lokasi geografis dari pasar sasaran,
dan apa saja yang menjadi kebiasaan hidup mereka.
3. Karakteristik
Produk
Produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat didefinisikan sebagai persepsi
konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih
terinci konsep produk total meliputi barang, kemasan, mereka, label, pelayanan,
dan jaminan, yang mempunyai tujuan akhir untuk mencapai kepuasan pelanggan.
4. Karakteristik
Kompetitor
Menurut Porter (1985, h.
4), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri,
yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok,
pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi
:
a. Jumlah
Perusahaan dalam Industri
Bila hanya ada satu
perusahaan dalam industri, maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan
bebas menetapkan harganya seberapapun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri
terdiri atas banyak perusahaan, maka persaingan harga akan terjadi. Bila produk
yang dihasilkan tidak terdiferensiasi, maka hanya pemimpin industri yang
leluasa menetuka perubahan harga.
b. Ukuran
Relatif Setiap Anggota dalam Industri
Bila perusahaan memiliki
pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang
inisiatif perubahan harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka perusahaan tersebut
hanya menjadi pengikut.
c. Diferensiasi
Produk
Bila perusahaan
berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya, maka perusahaan tersebut
dapat mengendalikan aspek penetapan harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu
kecil dan banyak pesaing dalam industri.
d. Kemudahan
untuk Memasuki Industri yang Bersangkutan
Bila suatu industri mudah
untuk dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau mengendalikan
harga. Sedangkan bila ada hambatan yang masuk ke pasar (barrier to market
entry), maka perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat
mengendalikan harga. Hambatan masuk ke pasar dapat berupa persyaratan
teknologi, investasi modal yang besar, ketidaktersediaan bahan baku
pokok/utama, skala ekonomis yang sudah dicapai perusahaan perusahaan yang telah
ada dan sulit diraih oleh para pendatang baru, ataupun keahlian dalam
pemasaran.
Metode Penetapan Harga
Secara
garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasisi biaya,
berbasis laba, dan berbasis persaingan.
Metode
Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Adalah
suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
preferansi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan
persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan,
diantaranya yaitu:
a. Kemampuan
para pelanggan untuk membeli (daya beli).
b. Kemauan
pelanggan untuk membeli.
c. Posisi
suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk
tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
d. Manfaat
yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.
e. Harga
produk-produk substitusi.
f. Pasar
potensial bagi produk tersebut.
g. Sifat
persaingan non harga.
h. Perilaku
konsumen secara umum.
i. Segmen-segmen
dalam pasar.
Paling
sedikit terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis permintaan, yaitu:
1. Skimming
Pricing
Strategi ini diterapkan
dengan jalan menetapkan harga yang tinggi bagi suatu produk baru atau inovasi
dalam tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan
mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitif
terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbangan-pertimbangan kualitas,
inovasi, dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhan.
2. Penetration
Pricing
Dalam Strategi ini
perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan
harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif
singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi
biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi
minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang
diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.
3. Prestige
Pricing
Merupakan strategi
menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang sangat peduli
dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan kemudian membelinya.
Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan
terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang sering
dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian, mobil
mewah, dan sebagainya.
4. Price
Lining
Lebih banyak digunakan
pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan beberapa tingkatan harga
pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: sebuah toko yang menjual
berbagai macam sepatu dengan model, ukuran dan kualitas yang berbeda,
menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp. 30.000,-; Rp. 50.000,-; dan Rp. 100.000,
-. Hal ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk
membeli dengan harga yang sesuai kemampuan keuangan mereka.
5. Odd-Even
Pricing
Metode penetapan harga
ini sering digunakan untuk penjualan barang pada tingkat pengecer. Dalam metode
ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau harga yang besarnya
mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 2.975 bagi sekelompok
konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada dalam kisaran
harga Rp 2.000-an.
6. Demand-Backward
Pricing
Adalah penetapan harga
dimana melalui proses berjalan ke belakang, maksudnya perusahaan memperkirakan
suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen, kemudian perusahaan
menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah
itu baru harga jualnya dapat ditentukan.
7. Bundle
Pricing
Merupakan strategi
pemasaran dua atau lebih produk dalam satu harga paket. Metode ini didasarkan
pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket tertentu
secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item secara individual. Misalnya
travel agency, menawarkan paket liburan yang mencakup transportasi, akomodasi,
dan konsumsi. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan penjual.
Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat menekan biaya
pemasarannya.
Metode
Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam
metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan
aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran
yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya
langsung, biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga berbasis biaya
terdiri dari:
1. Standard
Markup Pricing
Merupakan penetapan harga
yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase (markup) tertentu dari
biaya pada semua item dalam suatu kelas produk. Persentase markup besarnya
bervariasi tergantung pada jenis produk yang dijual. Biasanya produk yang
tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih kecil daripada produk
yang tingkat perputarannya rendah.
2. Cost
Plus Persentage of Cost Pricing
Merupakan penetapan harga
yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi
atau kontruksi. Metode ini seringkali digunakan untuk menentukan harga satu
item atau hanya beberapa item. Misalnya suatu perusahaan arsitektur menetapkan
tarif sebesar 15% dari biaya konstruksi sebuah rumah. Jadi, bila biaya
konstruksi sebuah rumah senilai Rp 100 juta dan fee arsitek sebesar 15% dari
biaya konstruksi (Rp 15 juta), maka harga akhirnya sebesar Rp 115 juta.
3. Cost
Plust Fixed Fee Pricing
Metode ini banyak
diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat teknikal, seperti mobil,
pesawat, atau satelit. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen akan mendapat
ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi produsen
atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang besarnya
tergantung pada biaya final proyek tersebut yang disepakati bersama.
Metode
Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode
ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam mpenetapan harganya.
Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau dinyatakan
dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan
harga berbasis laba ini terdiri dari target profit pricing, target return on
sales pricing, dan target return on investment pricing.
Metode
Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain
berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga dapat
ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode
penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari customary pricing; above, at,
or below market pricing; loss leader pricing; dan sealed bid pricing.
Penyesuaian Khusus Terhadap Harga
Penyesuaian
khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas diskon,
allowance, dan penyesuaian geografis (geographical adjustment).
Diskon
Diskon
merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai
penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi
penjual. Biasanya potongan harga ini diwujudkan dalam bentuk tunai ataupun
barang dan dimaksudkan untuk menarik konsumen. Terdapat empat jenis diskon,
yaitu diskon kuantitas, diskon musiman, diskon kas, dan trade discount.
1. Diskon
Kuantitas
Merupakan potongan harga
yang ditawarkan oleh penjual untuk mendorong konsumen agar bersedia membeli
dalam jumlah yang lebih besar, atau bersedia memusatkan pembeliannya pada
penjual tersebut sehingga mampu meningkatkan volume penjualan secara
keseluruhan. Misalnya seorang pembeli membeli produk paling sedikit 10 unit,
maka diberi potongan 5% dan kalau pembeliannya kurang dari 10 unit tidak mendapat
potongan.
2. Diskon
Musiman
Merupakan potongan harga
yang diberikan kepada pembeli untuk melakukan pembelian di luar musim tertentu.
Sebagai contoh, pembeli yang membeli jas hujan pada musim panas, akan
memperoleh potongan sebesar 5%, 10%, dan 20%.
3. Diskon
Kas
Merupakan potongan yang
diberikan kepada pembeli atas pembayaran pada suatu periode dan mereka
melakukan pembayaran tepat pada waktunya. Misalnya penjual menawarkan produknya
dengan syarat pembayaran. Jika pembeli dapat membayar dalam waktu 10 hari, mereka
mendapat potongan 2% dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah
barang-barang diterima.
4. Trade
Discount
Disebut juga potongan
fungsional, merupakan potongan harga yang ditawarkan pada pembeli atas
pembayaran untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi potongan
dagang ini hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan produknya.
Mereka ini termasuk penyalur, baik pedagang besar maupun pengecer.
Allowance
Seperti
halnya diskon, allowance juga merupakan pengurangan dari harga menurut daftar
(price list) kepada pembeli karena adanya aktivitasaktivitas tertentu yang
dilakukan pembeli. Terdapat tiga jenis allowance yang biasa digunakan, yaitu:
1. Trade
in Allowance
Merupakan potongan harga
yang diberikan dalam sistem tukar tambah.
2. Promotional
Allowance
Merupakan potongan harga
yang diberikan kepada penjual atau penyalur distribusi yang melakukan aktivitas
periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen.
Bentuk promotinal allowance bisa berupa pembayaran tunai yang lebih kecil atau
jumlah produk gratis yang lebih banyak.
3. Product
Allowance
Merupakan potongan harga yang
diberikan kepada para pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak
normal.
Penyesuaian Geografis (Geographical
Adjustment)
Penyesuaian
geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen
atau juga wholesaler Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga
yang dilakukan oleh produsen atau juga sehubungan dengan biaya transportasi
produk dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu
unsur penting dalam biaya variabel total, yang tentunya akan menentukan harga
akhir yang harus dibayar oleh pembeli. Terdapat dua metode yang biasa digunakan
untuk melakukan penyesuaian geografis, yaitu:
1. FOB
(Free On Board) Origin Pricing
FOB (Free On Board)
berarti penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan produk ke kendaraan
pengangkut yang digunakan (misalnya kapal, truk, kereta api, dan sebagainya).
Umumnya dalam FOB (Free On Board) Origin Pricing penjual menentukan lokasi
pemuatan produk, yang seringkalinya adalah di pabrik, gudang penjualan, atau di
pelabuhan terdekat dari lokasi penjual. Tanggung jawab atas produk akan beralih
kepada pembeli bila produk sudah dimuat ke kendaraan pengangkut. Segala biaya
transportasi dan penanganan produk selanjutnya ditanggung pembeli. Pembeli yang
berlokasi paling jauh akan menanggung biaya transportasi paling besar.
2. Uniform
Delivered Pricing
Dalam metode ini, harga yang
ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi. Penjual menentukan
cara pengangkutan, membayar biaya pengangkutan, dan bertanggungjawab atas
segala kerusakan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, tanggung jawab penjual
adalah sampai produk diterima pembeli.
Strategi Penetapan Harga
Strategi penetapan harga produk baru
Dalam
menetapkan harga produk baru, usahakan menentukan harga yang dapat menarik
minat pasar. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menetapkan harga produk
baru, yaitu sebagai berikut :
Skimming price
Merupakan strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk
baru, dengan dilengkapi aktifitas promosi yang gencar, tujuannya adalah :
1.
Untuk Melayani
pelangggan yang tidak terlalu sensitive terhadap harga, selagi persaingannya
belum ada.
2.
Untuk menutupi
biaya-biaya promosi dan riset melalui margin yang besar.
3.
Untuk membatasi
permintaan hingga tingkat yang tidak melampaui kapasitas produksi perusahaan.
4.
Untuk berjaga-jaga
terjadinya kekeliruan dalam penetapan harga, karena akan lebih mudah menurunkan
harga dari pada menaikan harga awal.
Penetration
price
Merupakan strategi dengan menetapkan harga rendah pada awal produksi,
dengan tujuan dapat meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus menghalangi
masuknya para pesaing. Dengan harga rendah perusahaan dapat pula mengupayakan
tercapainya skala ekonomi dan menurunnya biaya per-unit. Strategi ini mempunyai
perspektif jangka panjang, dimana laba jangka pendek dikorbankan demi
tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Ada empat bentuk harga
yang menggunakan strategi ”Penetration Pricing”, antara lain;
1. Harga yang dikendalikan (restrained price), yaitu harga yang
ditetapkan dengan tujuan mempertahankan tingkat harga tertentu selama periode
inflasi.
2. Elimination price, yaitu merupakan penetapan harga pada tingkat
tertentu yang dapat menyebabkan pesaing – pesaing tertentu (terutama yang
kecil) keluar dari persaingan.
3. Promotion price adalah harga yang ditetapkan rendah dengan kualitas
sama, dengan tujuan untuk mempromosikan produk tertentu.
4. Keep-out price, merupakan penetapan harga tertentu sehingga dapat
mencegah para pesaing memasuki pasar.
Strategi penetapan harga produk yang sudah
mapan
Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan
suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga
produk-produknya yang sudah ada di pasar, diantaranya adalah :
Ø Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar
menurunkan harga.
Ø Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera
konsumen.
Dalam melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah
dilakukan, perusahaan mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1. Mempertahankan Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan
mempertahankan posisi dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di
masyarakat.
2. Menurunkan Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena
perusahaan harus memiliki kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi
yang harus ditanggung, perusahaan menerima margin laba dengan tingkat yang
kecil.
3. Menaikan Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga
dengan tujuan untuk mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan
untuk melakukan segmentasi pasar tertentu.
Strategi Pemasaran Dalam
Berbagai Posisi Persaingan
Dewasa ini banyak konsep persaingan dalam bidang militer yang diperluas dan
diaplikasikan dalam dunia bisnis. Banyak pemikiran ahli perang zaman dulu yang
dikembangkan menjadi strategi bisnis, misalnya pemikiran Sun Tzu , Mushashi,
Carl von Clausewitz, dan Liddel-Hart. Pada dasarnya ada keterkaitan antara
posisi bersaing dan strategi bisnis, dimana setiap perusahaan menempati posisi
bersaing yang berbeda-beda. Perusahaan konsultant Arthur D Little (dalam Jain,
1990; Kotler, et al., 1996) menyatakan bahwa sebuah perusahaan akan menempati
salah satu posisi bersaing dalam industri merek, yaitu:
1.
Dominan (Dominant)
Perusahaan pada posisi ini mampu mengendalikan
perilaku dan/atau strategi pesaing-pesaing lainnya serta memiliki banyak
pilihan strategis, tanpa terpengaruh tindakan-tindakan pesaingnya.
2.
Kuat (Strong)
Perusahaan yang berada pada posisi kuat mampu
bertindak bebas tanpa membahayakan posisi jangka panjangnya, walaupun pesaing
berbuat apa saja.
3.
Baik (Favorable)
Perusahaan ini memiliki kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dengan strategi-strategi tertentu bilamana kondisi industri
membaik dan mempunyai kemampuan dan peluang diatas rata-rata industri untuk
meningkatkan posisinya.
4.
Sedang (Tenable)
Pada posisi ini perusahaan mempunyai kekuatan dan
atau prestasi yang cukup memuaskan untuk menjamin kelangsungan usahanya.
5.
Lemah (Weak)
Prestasi perusahaan pada posisi ini tidak memuaskan, tetapi masih memiliki
peluang dan kekuatan untuk perbaikan.
6.
Tidak ada harapan (Non-Viable)
Perusahaan yang berada pada posisi ini prestasinya sangat
tidak memuaskan dan tidak memiliki peluang untuk perbaikan.
Posisi-posisi diatas akan banyak membantu dalam proses pengambilan
keputusan bisnis, yang pada gilirannya akan membentuk perilaku perusahaan
didalam industri, apakah ia memimpin, menantang, mengikuti, atau menggarap
sebagian kecil dari seluruh pasar yang tersedia.
Keunggulan Bersaing
Persaingan global
pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam dunia
industri, yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang
komunikasi, informasi, dan teknologi. Dalam era komunikasi, informasi, dan
teknologi ini baik kegiatan manufaktur maupun jasa sangat membutuhkan kemampuan
baru agar perusahaan dapat berhasil secara kompetitif.
Respon terhadap perusahaan akan menentukan kemampuan perusahaan memenangkan
persaingan global. Respon suatu organisasi terhadap perubahan pola-pola
persaingan global biasanya dilakukan dalam bentuk-bentuk:
1.
Penyesuaian ukuran bisnis
2.
Perubahan produk
dan atau lingkup pasar, atau
3.
Penciptaan hubungan kerja yang baru dengan organisasi lain.
Salah satu
keunggulan dalam bersaing adalah keunggulan kompetitif (competitif advantage). Keunggulan kompetitif hendaknya lebih
dipandang sebagai suatu proses yang dinamis daripada hanya sekedar suatu hasil.
Proses keunggulan kompetitif mencakup: sumber-sumber keunggulan, keunggulan
posisional, dan performance outcomes.
1.
Sumber-sumber keunggulan
(sources of advantage) mencakup:
- Superior skill, yang memungkinkan organisasi menyeleksi dan mengimplementasikan strategi yang membedakan organisasi tersebut dari pesaingnya. Keterampilan (skill) mencakup kapabilitas teknikal, manajerial, dan operasional.
- Superior resources adalah dimensi-dimensi yang memperkuat keunggulan, seperti jaringan distribusi yang kuat, kapabilitas produksi, kekuatan pemasaran, teknologi, dan sumber daya alam.
- Superior control, yang meliputi kapabilitas dalam memonitor dan mengevaluasi proses dan hasil bisnis.
2.
Keunggulan
posisional (positional advantage)
Keunggulan
posisional dihasilkan dari cost
leadership atau diferensiasi produk yang memberikan nilai yang superior
kepada pelanggan.
3.
Performance outcomes
Performance outcomes akan terjadi bila keterampilan, sumber daya, dan kemampuan kontrol
organisasi digunakan untuk mencapai nilai dan/atau keunggulan dibidang biaya (cost advantage). Maka positional advantage mengarahkan pada pavorable performance outcomes, seperti
kepuasan pelanggan, brand loyalty,
pangsa pasar dan kemampulabaan.
Faktor-faktor yang Menentukan Keunggulan Bersaing (Competitive Forces)
Menurut Porter
(1990), terdapat 5 kekuatan kompetitif yang akan menentukan keunggulan bersaing
dalam industri, yaitu:
1. Ancaman pendatang baru
2. Ancaman produk pengganti
3. Kekuatan tawar menawar pemasok
4. Kekuatan tawar menawar pembeli
5. Persaingan sesama industri
Menurut Porter
(1990), bekerjanya lima kekuatan kompetitif diatas sangat berbeda untuk
masing-masing jenis industri. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan keuntungan
masing-masing jenis industri tersebut dalam jangka panjang.
1.
Ancaman Pendatang
Baru (The Threat of new entrants)
Apabila satu perusahaan dapat memasuki suatu
industri khusus dengan mudah, maka intensitas persaingan diantara perusahaan-perusahaan
tersebut akan meningkat. Pendatang baru akan mengurangi potensi-potensi profit
pada industri lama karena biasanya ia akan membawa kapasitas baru, mencari
pangsa pasar dan menurunkan margin (porter 1990).
2.
Ancaman produk
pengganti (Threat of Substitute Products
or Services)
Pada banyak
industri, perusahaan-perusahaan berkompetisi secara ketat dengan para produsen
produk pengganti dari industri yang lain, misalnya produsen plastik disebagai
pengganti kaca. Kehadiran produk pengganti tersebut merupakan peringatan bagi
perusahaan sebelum pelanggan beralih ke produk pengganti tersebut.
3.
Kekuatan
Tawar-menawar Pemasok (Bargaining Power
of Supplier)
Kekuatan
tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri,
khususnya apabila terdapat sejumlah besar pemasok, hanya ada beberapa bahan
baku pengganti yang baik, atau apabila biaya pengalihan bahan baku menjadi
sangat mahal.
4.
Kekuatan
Tawar-menawar Pembeli (Bargaining Power
of Buyers/Customers)
Bila
persaingan terkonsentrasi, berukuran besar dan konsumen membeli dalam volume
besar, maka kekuatan tawar-menawar sangat mempengaruhi intensitas persaingan
dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menggunakan pelayanan atau
jaminan khusus untuk mendapatkan loyalitas pelanggan apabila pelanggan tersebut
memiliki kekuatan tawar-menawar yang substansial.
5.
Persaingan sesama
industri (Rivalry Among Existing
Competitors)
Persaingan
diantara pesaing-pesaing yang telah ada biasanya merupakan persaingan yang
paling penting. Kadang-kadang strategi yang dikembangkan suatu perusahaan dapat
berhasil hanya dengan berkonsentrasi pada peningkatan keunggulan kompetitif
yang secara langsung menyerang strategi pesaing.
Menurut Porter
(1990), kelima kekuatan kompetitif tersebut mempengaruhi kemampulabaan industri
karena menentukan harga yang ditawarkan perusahaan, biaya yang dikeluarkan,
serta investasi yang diperlukan untuk bersaing. Masing-masing kekuatan
kompetitif tersebut merupakan fungsi struktur industri atau mendasari
karakteristik ekonomi dan teknis suatu industri.
Pada dasarnya,
setiap industri memiliki struktur keunikan, sehingga kekuatan kompetitif
tersebut sangat tergantung pada kondisi masing-masing perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar