MENU

Rabu, 03 Mei 2017

Bagaimana Pencetakan Uang di Peruri?

TEMPO.CO, Karawang - Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan untuk mencetak uang logam dan kertas. Peruri memiliki kapasitas cetak 1,7 miliar keping untuk uang logam, serta 7 miliar bilyet atau lembar uang kertas per tahun. Tak banyak orang yang tahu bagaimana pencetakan uang. Tempo berkesempatan mengunjungi percetakan uang milik Peruri yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.

Kepala Departemen Cetak Uang Logam Perum Peruri Purwanto mengatakan tahapan paling awal dalam pembuatan uang adalah melakukan perancangan. “Kami memiliki desainer andal, mereka bekerja di ruang khusus, tak semua orang bisa masuk," kata Purwanto, Senin, 8 September 2014. Uang logam desain terakhir dibuat pada 2010 untuk pecahan Rp 1.000.

Setelah rancangan rampung dibuat, tahap selanjutnya adalah membuat mould gips atau cetakan lunak. Teknik yang digunakan untuk membuat mould gips menggunakan congkel. Cetakan lunak kemudian diubah menjadi cetakan keras atau biasa disebut mould resin.

Setelah mould resin jadi, selanjutnya dilakukan pemindaian digital untuk membuat cetakan yang berbentuk stempel sesuai dengan ukuran uang logam. Cetakan yang berbentuk stempel tersebut pun terdiri dari dua jenis, yaitu patris atau indukan serta matris atau produk turunan.

Purwanto mengatakan bahan baku uang yang digunakan adalah koin polos yang berasal dari Bank Indonesia. Ada dua macam bahan baku yang biasa digunakan untuk membuat uang logam, yaitu aluminium untuk pecahan Rp 100, Rp 200, dan Rp 500, serta nickel plated steel (NPS) untuk pecahan Rp 1.000. Dua bahan baku tersebut dicetak dengan teknik pres menggunakan tekanan 50 ton untuk aluminium dan 140 ton untuk NPS guna memunculkan reliefnya. Mesin cetak yang dimiliki Peruri berkapasitas 700 keping per menit atau 150 juta keping dalam sebulan.

Menurut Purwanto, pada dasarnya Peruri hanya bertugas mencetak uang. BI biasanya akan memberikan rencana tahunan tentang jumlah uang yang harus dicetak. Namun dia enggan menjelaskan jumlah uang yang diproduksi oleh Peruri tahun ini. Alasannya, jumlah dan peredaran uang sepenuhnya merupakan kewenangan BI. Dia mengatakan, secara kajian teknis, uang logam memiliki kekuatan setidaknya empat tahun.

Dalam mencetak uang logam, kata Purwanto, ada unsur yang harus diperhatikan, yaitu nilai intrinsik atau nilai bahan. Nilai tersebut tak boleh lebih tinggi daripada nilai nominal uang tersebut. “Sebab, kalau begitu, orang akan lebih memilih melebur logamnya daripada digunakan belanja,” katanya. Walaupun memiliki kewenangan penuh dalam mencetak uang, bukan berarti Peruri tak dibatasi aturan. Dalam setiap pecahan, batas maksimal kerusakan hanya 0,15 persen. Jika melebihi batas itu, Peruri akan dikenai penalti dari BI berupa denda. 

Hampir sama dengan uang logam, pencetakan uang kertas juga diawali dengan perancangan desain. Desain kemudian dikonversi menjadi pelat cetak dengan teknik engraving atau cungkil. Tujuannya untuk membuat hasil cetak dalam agar ada cekungan tempat tinta mengalir.

Proses selanjutnya dilakukan dengan offside cetak dasar dan cetak intaglio atau cetak dalam. Cetak intaglio bertujuan membuat gambar timbul. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan lembar besar atau lembaran uang yang belum dipotong. Hal ini dilakukan untuk memastikan tak ada sobek atau tinta yang tak tercetak sempurna.

Sebelum dipotong, langkah terakhir adalah pemberian nomor seri dan pengecekan ulang. Adapun proses terakhir adalah pemotongan dan pengemasan menggunakan dua metode, yaitu manual dan menggunakan mesin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Menaksir Harga Rumah Berdasarkan NJOP

Harga rumah di Jakarta bisa dikatakan tidak murah lagi. Bahkan, rumah petakan yang ukurannya kecil dijual dengan harga ratusan juta ru...